Tips Menjadi Orang Tua yang Adil Untuk Tumbuh Kembang si Buah Hati

Oleh : Ahmad Farid Utsman M.Pd.I

Sering kita menjumpai orang tua yang kebingungan dalam membagi perhatian terhadap anak-anaknya. Terlebih orang tua yang memiliki buah hati yang jarak antara satu dengan yang lain terpaut sangat dekat. Apakah Anda termasuk yang memiliki pengalaman seperti itu? Membayangkan saja bikin pusing dan serba repot. Kira-kira perasaan apa saja yang ada dibenak kita, capek secara tenaga karena harus memberikan perhatian ke keduanya, bahkan lebih. Kalau sudah capek secara fisik pikiran emosi juga ikut tidak stabil, mudah terpancing emosi. Banyak pekerjaan baik rumah ataupun kantor yang menumpuk nan menggunung.

Jika kita sebagai orang tua karir (atau salah satu antara ibu dan ayah), maka hal ini jangan sampai menghambat tumbuh kembang anak. karena kalau satu dari orang tua itu karir, lebih-lebih semua karir, sudah pasti kebutuhan (suplemen) kepada anak tidak akan tercukupi dengan baik. Tumbuh kembang di sini meliputi tumbuh kembang fisik maupun psikologinya. Kita harus pintar-pintar memilih dan menitipkan anak kepada orang yang pas. Jangan sampai hak anak tidak tercukupi baik kebutuhan lahiriyah maupun batinnya. oleh sebab itu kita harus memperhatikan dan melaksanakan tips berikut ini:

Memahami Frekuensi Dunia Anak

Dunia anak punya frekuensi tersendiri, anak secara naluri memiliki dunianya sendiri yang kadang berbeda dengan maunya orang tua. tingkat pemikiran satu anak dengan yang lainnya juga tidak menutup kemungkinan berbeda juga. Dalam bermain anak juga banyak mau menangnya kalau punya mainan, cenderung tidak mau berbagi. Belum lagi kalua punya kemauan antara anak satu dengan anak yang lain mempunya permintaan masing-masing. Ada yang kadang meminta bermain dengan bunda atau ayahandanya, buah hati yang lain minta bunda atau ayahandanya jalan-jalan atau gendong tanpa harus merisaukan bunda yandanya sedang menemani salah satu buah hatinya. Dan di sinilah orang tua dibikin pusing oleh anak. Serta yang pasti anak pasti meminta kepada orang di sekelilingnya untuk faham dan menuruti apa kehendak mereka. Dan di sinilah kita sebagai orang tua harus arif dan bijak memberikan respons apa yang anak minta dan inginkan. Pada prinsipnya kita harus memberikan respon yang positif dan respon tersebut harus mengandung sesuatu yang baik dan ramah guna optimalisasi tumbuh kembang anak kita.

Pola Komunikasi yang Pas dan Pantas

Mempunyai dua buah hati yang usianya terpaut jarak yang sangat dekat menuntut Ibunda dan Ayahanda berfikir smart (cerdas). Sikap ini bertujuan agar anak-anak kita tidak memiliki sikap iri antara satu dengan yang lainnya. Berfikir smart dengan pintar-pintar membagi perhatian yang pas dan pantas antara satu buah hati dengan buah hati yang lain. Perhatian tersebut bisa berupa perhatian berupa gesture tubuh atau perhatian dengan cara memberikan waktu kepada mereka. Gesture tersebut berupa sikap sentuhan tangan dan kecupan sayang ke anak-anak kita.

Masalah membagi perhatian kepada putra-putri kita ini sangatlah disikapi dengan bijak. Jangan sampai perkembangan buah hati kita terhambat karena kita kurang pas dalam membagi perhatian kepada buah hati kita. Kita harus bersikap komunikatif dengan semua anggota keluarga kita, terkhusus kepada pasangan kita. Kita harus bisa menjadi duet yang ideal berkolaborasi untuk memberikan perhatian kepada anak-anak tercinta kita. Sebaiknya kita (ayah bunda) bisa saling mengisi dan melengkapi satu sama lain.

Interaksi anak semuanya harus dapat sambutan yang positif dari seorang orang tua. Jangan sampai anak merasa dicuekin oleh ayah bundanya. Jika bunda sudah sibuk berinteraksi dengan si kakak maka secara automaticly seorang ayah harus bisa mengisi ruang kosong dan berinteraksi dengan si adeknya. Dengan cara saling berkolaborasi anak merasa nyaman dan tetap komunikasi berjalan lancar. Pada intinya orang tua diharuskan untuk selalu bersikap komunikatif dan responsif bukan malah bersikap cuek tidak memperhatikan ajakan interaksi anak-anak, hal yang paling banyak misalnya orang tua terlalu fokus dengan yang dilakukannya (terlalu sibuk dengan hp maupun sibuk dengan rutinitas kerjanya), dan hal tersebut seyogyanya tidak dilakukan oleh orang tua. 

Dalam kaitannya dengan pola komunikasi, sebenarnya Islam sendiri sudah mengajarkan orang tua bagaimana harus berkomunikasi. Dalam Islam kita mengenal qoulan saadidan, maksudnya seorang tua harus berkomunikasi dengan pembicaraan yang benar, jujur, lurus tidak sombong dan tidak berbelit-belit. Juga ada qoulan kaariman yang memiliki arti mulia, seorang orang tua harus dapat berkata perkataan-perkataan yang mulia serta bukan kata-kata kotor dan kurang pas. Qoulan ma’rifan yang mempunyai makna bahwa orang tua harus berkomunikasi sesuai dengan nilai-nilai norma yang berlaku di masyarakat. Serta qoulan layyinan, untuk berkomunikasi dengan anak sifat lemah lembut harus kita praktikan karena anak-anak sangat membutuhkan sentuhan sayang atau sentuhan lemah lembut dari seorang orang tua. Kadang kita pengennya benar untuk anak-anak kita namun kita berkata-kata kasar dan cenderung memarahinya. Memang seorang orang tua wajib tegas dalam mendidik anak, namun sebaiknya dengan menggunakan unsur kekerasan verbal.

Memilih dan Memilah Partner Mengasuh Anak

Kaitannya dengan kecukupan  porsi perhatian anak, kita harus bisa komunikasi dan memilihkan anak partner bermain dan orang yang mengasuhnya. Kita harus berfikir smart kira-kira orang terdekat siapa yang bisa diajak berpartner dengan kita. Misalnya simbah kung maupun utinya, paman-bibinya, atau keluarga dan tetangga  dekat kita. Selain indicator orang terdekat, kita juga harus bisa melihat karakter orang tersebut. Baik sikap perilakunya, keistimewaannya dan keahliannya, maupun kemampuan dalam mengasuh anak. Kebanyakan orang tua yang memiliki karir tidak mengindahkan hal ini, kebanyakan dari mereka hanya memilih orang yang mau dan punya waktu untuk momong anak-anak kita.

Kenapa sih kita harus memiliki indikator di atas tersebut? Anak itu dunianya adalah akan meniru orang di sekelilingnya, karena anak itu adalah naluri anak. Mereka membutuhkan stimulus maupun contoh karena dunia mereka adalah dunia belajar hal yang baru. Seorang anak juga akan merekam apapun yang dilihat maupun didengarnya. Jika seorang orang tua salah dalam memilih partner untuk mengasuh anak-anaknya maka ini akan menjadi hal yang bahaya. Kalau sampai anak mendapat stimulus negative maka perkembangan lahir dan batin anak juga akan mengikuti rangsangan tersebut.

Adanya stigma orang tua yang menitipkan ke pengasuh selain orang tua kandung adalah hal yang tidak adil, itu bukan jawaban yang patut dibenarkan. Terkait mengasuhkan anak kepada orang selain orang tua kandung itu sudah banyak dikisahkan saat para nabi-nabi kita pada masa kecilnya. Tentunya yang menjadi kunci adalah indikator pengasuh sangatlah penting. Kita harus mengasuhkan anak-anak kita kepada orang-orang yang lebih hebat dari pada kita. Dengan itu anak akan tumbuh kembang secara maksimal dan rasa adil itu akan hadir untuk anak-anak kita.

Jadi hal yang paling utama dalam memilih dan memilah partner adalah yang pertama seorang yang akan membantu mendidik anak-anak kita memiliki akhlak yang baik. Hal ini sangat penting karena dengan menjadikan orang yang berakhlak baik di lingkaran anak-anak kita secara langsung dan tidak langsung akan membentuk kepribadian anak-anak kita kelak. Yang kedua adalah kita harus pas memberikan partner kepada anak-anak kita kepada seorang yang terampil dan cerdas. Dengan menghadirkan orang-orang yang terampil dan cerdas di sekeliling anak-anak kita akan memberikan dampak yang baik terhadap perkembangan kecerdasan dan optimalisasi potensi yang dimiliki oleh anak-anak kita baik soft skill maupun hard skill nya. Dengan menghadirkan orang seperti tersebut kita akan terbantu juga untuk membaca minat dan bakat anak, dengan mengetahui minat dan bakat anak kita tidak akan salah dalam mengarahkan pendidikannya.

Berikan Sentuhan Islami dan Kearifan Lokal

Tips yang tidak kalah penting adalah dengan memberikan sentuhan religius kepada anak-anak kita. Kita harus menghadirkan sebuah stimulus atau rangsangan Islami agar pondasi kecerdasan religius anak terbentuk sejak usia dini. Sentuhan religius dapat diberikan dengan:

  1. Melantunkan adzan kepada anak-anak kita, melantunkan adzan tidak berhenti pada saat anak lahir saja. Lantunan adzan juga dapat memberikan stimulus positif kepada anak. Selain berguna untuk memberikan input positif terkait penguatan aqidah kepada anak, adzan juga berguna untuk menjauhkan anak dari sikap rewel.
  2. Sesering mungkin anak didengarkan lantunan bacaan al Qur’an agar anak mencintai pedoman sejak kecil. Dengan mendengarkannya sesering mungkin lantunan ayat-ayat al Qur’an anak juga terhindar dari suara-suara yang tidak bagus untuk kepribadian anak.
  3. Sesering mungkin anak diberikan kisah-kisah perjalanan sejarah tokoh-tokoh yang dapat menginspirasi anak agar dapat meneladaninya dikemudian hari. Hal yang didapatkan orang tua dalam hal ini orang tua mau gak mau akan membaca dan memcari refrensi terkait dengan tokoh-tokoh tersebut dengan membaca refrensi orang tua juga akan mendapatkan pengalaman-pengalaman bagaimana kisah-kisah tokoh tersebut mendidik anak-anaknya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *